Senin, 09 Desember 2013

Tafsir Al Baqarah Ayat 75-82

Ayat 75-79: Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman yang tertuju kepada kaum mukmin, dimana kandungannya adalah, apakah kamu wahai kaum mukmin mengharapkan orang-orang Yahudi masuk Islam padahal mereka telah mengetahui kebenaran, lalu merubahnya dan menyembunyikannya. Demikian pula menerangkan sebagian keburukan orang-orang Yahudi dan kesesatan mereka

أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (٧٥) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلا بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٧٦) أَوَلا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (٧٧) وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ (٧٨) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (٧٩

75. Maka apakah kamu (wahai kaum muslim) sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahui? [1].

[1] Baik dengan menafsirkannya dengan tafsir yang tidak benar setelah mengetahui makna yang sesungguhnya mapun dengan merubah lafaz-lafaznya, padahal mereka mengetahui bahwa mereka telah merubah firman Allah dengan sengaja dan berdusta. Terutama sekali yang mereka rubah adalah mengenai sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada dalam Taurat.

76. Dan apabila mereka[2] berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:"Kami telah beriman," Tetapi apabila kembali kepada sesamanya, mereka bertanya, "Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, sehingga mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu? Tidakkah kamu mengerti?"[3]


[2] Yakni kaum munafik dari kalangan Ahlul Kitab.

[3] Sebagian Bani Israil yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu pernah bercerita kepada orang-orang Islam, bahwa dalam Taurat memang disebutkan tentang kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka golongan lain menegur mereka dengan mengatakan: "Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang-orang Islam sehingga hujjah mereka bertambah kuat?" Mereka takut menjadi bumerang bagi mereka.

77. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan?[4]

[4] Mereka mengira bahwa kemunafikan yang mereka sembunyikan dan pembicaraan rahasia antara sesama mereka tidak ada yang mengetahui, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala membatalkan sangkaan tersebut dengan firman-Nya di atas.

78. Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Al kitab (Taurat), kecuali berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga[5].

[5] Kebanyakan bangsa Yahudi itu buta huruf, dan tidak mengetahui isi Taurat selain dari dongeng-dongeng yang diceritakan pendeta-pendeta mereka. Ayat di atas menyebutkan keadaan orang-orang Yahudi, baik pendetanya maupun kalangan awamnya. Para ulamanya berpegang dengan kesesatan, sedangkan kalangan awamnya hanya mengikuti tanpa ilmu, sehingga sangat sulit sekali diharapkan untuk beriman.

79.[6] Maka celakalah orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri[7], kemudian berkata, "Ini dari Allah"[8], (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat[9].

[6] Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Ahli Kitab."

[7] Yakni merubah isi Taurat sesuai yang mereka inginkan.

[8] Padahal berbeda dengan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa 'alaihis salam. Mereka melakukan hal itu. hanya karena ingin mendapatkan keuntungan dunia.

[9] Pada ayat tersebut Allah mengancam beberapa kali kepada ulama yahudi, karena mereka menyamarkan urusan agama mereka kepada orang-orang awam; tidak menunjukkan yang benar bahkan sebaliknya malah menyembunyikannya dan menampakkan yang batil sebagai sebuah kebenaran ditambah lagi dengan suka memakan harta yang haram, suka menerima risywah (sogok) dsb. Lebih dari itu, mereka berani merusak agama hanya karena ingin memperoleh harta dan keuntungan dunia yang sangat rendah. Di zaman sekarang, contoh orang-orang yang mengikuti jejak mereka adalah orang-orang JIL (Jaringan Islam Liberal), karena uang yang ditawarkan kepada mereka, mereka berani mengacak-acak agama –wal 'iyaadz billah-. Syaikhul Islam menafsirkan ayat 75 sampai 79, sbb:

"Sesungguhnya Allah mencela orang-orang yang mengubah firman Allah dari tempat-tempatnya. Termasuk ke dalamnya orang-orang yang menta'wil Al Qur'an dan As Sunnah mengikuti apa yang dipegangnya berupa kebid'ahan-kebid'ahan batil. Demikian juga mencela orang-orang yang tidak mengetahui Al Kitab selain angan-angan dusta. Termasuk ke dalamnya orang-orang yang meninggalkan tadabbur Al Qur'an dan tidak mengetahui selain bacaan hurufnya saja, dan termasuk orang-orang yang menulis kitab dengan tangannya yang menyalahi kitab Allah untuk memperoleh dunia, lalu ia berkata, "Ini dari sisi Allah" adalah orang yang berkata, "Inilah syari'at dan agama, inilah makna dari Al Qur'an dan As Sunnah, inilah yang dimengerti oleh kaum salaf dan para imam, inilah prinsip-prinsip agama yang wajib diyakini setiap orang dan sebagiannya." Demikian juga termasuk ke dalamnya orang-orang yang menyembunyikan Al Qur'an dan As Sunnah (yang diketahuinya) agar orang yang menyelisihinya tidak dapat berhujjah dengannya dalam kebenaran yang diucapkannya."

Ayat 80-82: Menerangkan pembatalan sangkaan orang-orang Yahudi, bahwa mereka tidak terkena siksa neraka kecuali beberapa hari saja dan bahwa mereka tidak kekal di sana, selanjutnya menerangkan bahwa orang yang beriman dan beramal saleh itulah orang-orang yang masuk surga dan kekal di dalamnya

وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (٨٠) بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٨١) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٨٢

80. Dan mereka berkata, "Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah[10], sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?"[11]


[10] Yakni sudahkah kamu mengambil perjanjian dari Allah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta ta'at kepada-Nya, karena perjanjian inilah yang dapat menyelamatkan seseorang dari neraka.

[11] Setelah menyebutkan perbuatan-perbuatan mereka yang buruk, kemudian Allah menerangkan bahwa mereka masih saja menganggap bersih diri mereka, bersaksi bahwa mereka akan selamat dari azab Allah dan bahwa mereka tidak tersentuh oleh neraka selain hanya beberapa hari saja. Dengan demikian, mereka menggabungkan antara perbuatan dosa dan rasa aman, keburukan apa lagi yang lebih besar daripada ini?! Terhadap sangkaan mereka ini, Allah membantah dengan firman-Nya di atas dan ayat setelahnya. Allah menerangkan bahwa kebenaran dakwaan mereka itu tergantung dua hal yang tidak ada lagi ketiganya: pertama, apakah mereka sudah menerima janji dari Allah. Kedua, atau mereka mengatakan tentang Allah sesuatu yang mereka tidak ketahui. Untuk yang pertama jelas tidak. Hal ini dapat diketahui dari keadaan mereka yang tidak mengambil janji dari Allah karena mereka mendustakan para nabi bahkan sebagian di antaranya mereka bunuh, mereka sering melakukan pelanggaran, membatalkan perjanjian dan lain-lain. Oleh karena itu, yang benar adalah yang kedua, yakni mereka mengatakan tentang Allah sesuatu yang mereka tidak ketahui, padahal mengatakan tentang Allah sesuatu yang tidak diketahui termasuk dosa yang sangat besar.

81. Bukan demikian! Barang siapa berbuat keburukan[12], dan dosanya telah menenggelamkannya, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.

[12] Keburukan di sini adalah syirik, berdasarkan lanjutan ayatnya, yaitu "wa ahaathat bihi khathii'atuh" (dan dosanya telah menenggelamkannya), karena selain syirik tidak membuat seseorang tenggelam dalam dosa.

82. Dan orang-orang yang beriman[13] serta beramal saleh[14], mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.[15]

[13] Kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab, nabi dan Rasul, hari akhir dan qadar Allah yang baik atau yang buruk.

[14] Amal tidak bisa dikatakan shaleh kecuali dengan dua syarat: pertama, diniatkan karena Allah; kedua, sesuai sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

[15] Kesimpulan dari ayat 81 dan 82 adalah bahwa orang yang beruntung mendapatkan surga dan selamat dari neraka adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Sebaliknya, orang yang rugi dan masuk ke dalam neraka adalah orang-orang yang kafir dan musyrik kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

Minggu, 08 Desember 2013

Tafsir Al Baqarah Ayat 67-74

Ayat 67-74: Menerangkan kisah penyembelihan sapi betina, perdebatan orang-orang Yahudi terhadap nabi mereka di samping banyak mendesak dan bersikap keras kepala. Serta membuka kedok orang-orang Yahudi yang buruk dan kerasnya hati mereka

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ (٦٧) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ (٦٨) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ (٦٩) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ (٧٠) قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا ذَلُولٌ تُثِيرُ الأرْضَ وَلا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لا شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ (٧١) وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (٧٢) فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (٧٣) ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (٧٤

67. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya[1]: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyembelih seekor sapi betina.[2]" Mereka bertanya[3]: "Apakah engkau hendak menjadikan kami sebagai ejekan?" Dia (Musa) menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh[4]".

[1] Yakni ketika di antara mereka ada yang membunuh seseorang, lalu mereka saling tuduh-menuduh dalam hal itu. Kemudian mereka membawa persoalan itu kepada Musa 'alaihis salam, maka Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebagian tubuh sapi itu sebagaimana diterangkan dalam ayat 73 dan 74. Mudah, hanya seekor sapi betina, dan seharusnya mereka langsung mengerjakannya, tetapi mereka banyak bertanya seperti yang disebutkan pada ayat di atas sehingga semakin susah dan memberatkan.

[2] Hikmah Allah menyuruh menyembelih sapi ialah supaya hilang rasa penghormatan mereka terhadap sapi yang pernah mereka sembah.

[3] Dengan nada sombong dan menunjukkan kejahilannya.

[4] Yakni mana mungkin Nabi Musa 'alaihis salam memerintahkan sesuatu yang tidak ada faedahnya, karena hanya orang bodoh yang berkata-kata tanpa faedah. Di samping itu, orang yang berakal menganggap bahwa termasuk aib jika sampai mengejek antara sesama meskipun ia diberikan kelebihan, karena kelebihan yang diberikan kepadanya menghendaki untuk bersyukur kepada Allah dan berkasih sayang antara sesama hamba Allah.

68. Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman, bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah[5] apa yang diperintahkan kepadamu".

[5] Yakni kerjakan langsung apa yang diperintahkan dan jangan banyak bertanya.

69. Mereka berkata[6]: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandangnya."

[6] Mereka terus bertanya tentang sapi betina itu, sehingga yang sebelumnya mudah menjadi susah, bahkan hampir saja mereka tidak mengerjakannya.

70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada Kami tentang (sapi betina) itu. (Karena) sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."

71. Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang." Mereka berkata: "Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya". Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan perintah itu[7].

[7] Karena sapi sesuai syarat yang disebutkan itu sukar diperoleh, hampir mereka tidak dapat menemukannya. Demikianlah, ketika mereka memperberat diri dengan banyak bertanya, maka Allah memberatkan mereka.

72. Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan.

73. Lalu Kami berfirman, "Pukullah (mayat) itu dengan bagian anggota sapi itu!"[8] Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati[9], dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti.

[8] Lalu Allah menghidupkan mayat itu, lantas mayat itu memberitahukan siapa pembunuhnya.

[9] Yakni seperti itulah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati pada hari kiamat.

74. Kemudian setelah itu[10] hatimu menjadi keras seperti batu[11], bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan[12].

[10] Setelah dikaruniakan berbagai macam nikmat dan diperlihatkan ayat-ayat-Nya.

[11] Mereka tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya, bahkan hati mereka malah menjadi keras seperti batu atau lebih keras lagi sehingga sulit ditembus oleh kebaikan, oleh nasehat dan tidak lunak di hadapan ayat-ayat Allah yang begitu jelas. Ya, hati mereka lebih keras daripada batu, padahal di antara batu itu ada yang memancarkan air, ada yang terbelah, bahkan ada yang meluncur dari tempat yang tinggi karena takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[12] Di akhir ayat ini, Allah mengancam mereka dengan ancaman yang keras, yakni bahwa Dia tidak lalai terhadap apa yang mereka kerjakan, bahkan mengetahuinya baik yang kecil maupun yang besar dan nanti Dia akan memberikan pembalasan terhadapnya.

Tafsir Al Baqarah Ayat 58-66

Ayat 58-62: Membicarakan lebih lanjut tentang Bani Israil, menyingkap keadaan mereka kepada kaum muslimin, sejarah mereka yang kelam, dan isi hati mereka yang penuh dengan keburukan, perkara kotor dan rencana jahat terhadap kaum mukmin, dan menyebutkan pembalasan terhadap sikap dan perbuatan mereka, serta balasan bagi orang yang beriman

وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ (٥٨) فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (٥٩) وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ (٦٠) وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (٦١) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٦٢


58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman, "Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis), maka makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud[1], dan katakanlah, "Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami), "niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan Kami akan menambah (karunia)[2] bagi orang-orang yang berbuat kebaikan".

[1] Ini termasuk nikmat Allah kepada mereka. Setelah mereka berbuat maksiat kepada-Nya, Allah memerintahkan mereka masuk ke sebuah negeri yang di sana terdapat kemuliaan bagi mereka dan bisa mereka jadikan sebagai tempat tinggal, di samping mereka akan memperoleh rezeki yang banyak. Ketika mereka hendak masuk ke negeri itu, mereka diperintahkan untuk masuk sambil menundukkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan bersujud dan mengucapkan kata-kata yang disebutkan pada ayat di atas.

[2] Allah Ta'ala akan menambahkan karunia, balasan kebaikan di dunia dan akhirat, kebaikan dan pahala.

59. Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka[3]. Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu, karena mereka (selalu) berbuat fasik[4].

[3] Mereka rubah kata-kata dan perbuatan yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak menundukkan diri, tetapi malah membalikkan bokong mereka ke depan. Mereka tidak mengucapkan "Bebaskanlah kami dari dosa-dosa", bahkan malah mengatakan "sebutir biji dalam sebuah gandum", mempermainkan agama Allah.

[4] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan azab dari langit karena mereka selalu berbuat fasik; tidak mau menuruti perintah Allah Azza wa Jalla.

60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya[5], lalu Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing)[6]. Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah[7], dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.

[5] Saat mereka kehausan.

[6] Sesuai jumlah suku Bani Israil sebagaimana tersebut dalam surat Al A'raaf ayat 160 dengan diberitahukan di mana tempat masing-masingnya agar mereka tidak bertengkar.

[7] Rezeki itu diberikan Allah Ta'ala kepada mereka tanpa kerja keras dan susah payah.

61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata[8], "Wahai Musa! kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah." Dia (Musa) menjawab, "Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik?[9] Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta." Kemudian mereka ditimpa kenistaan[10] dan kemiskinan[11], dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah[12]. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah[13] dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas[14].

[8] Dengan sikap bosan dan menganggap rendah tanda tidak bersyukur.

[9] Yakni, "Apakah mereka masih mencari makanan yang lebih rendah nilainya dan meninggalkan rezeki bermanfa'at yang telah dipilihkan Allah Ta'ala untuk mereka?!."

pernyataan Nabi Musa ‘alaihis salâm kepada Bani Israil. Bani Israil telah diberi anugerah oleh Allah berupa manna ‘makanan manis seperti madu’ dansalwa ‘sebangsa burung puyuh yang dagingnya sangat lezat’, tetapi mereka meminta untuk diberi hasil bumi berupa sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.
Mereka mengganti nikmat Allah berupa makanan yang lebih bernilai dan lezat dengan makanan yang lebih rendah daripada itu. Akhirnya, mereka menuai kenistaan, kefaqiran, dan kemurkaan dari Allah.
Sangatlah disayangkan bahwa akhlak orang Yahudi ini, mengganti hal yang baik dengan hal yang rendah, telah dicontoh oleh banyak manusia.
Di antara mereka, ada yang lebih mencintai akhlak orang-orang kafir daripada akhlak kaum muslimin.
Ada yang lebih berkiblat ke barat atau ke timur daripada berkiblat kepada umat Islam.
Sebagiannya lagi, lebih senang berpakaian “buka-bukaan” daripada hijab yang menjaga kehormatan.
Juga, lebih mementingkan ilmu dunia daripada ilmu agama yang penuh cahaya dan keindahan.
Mereka pun lebih termotivasi dengan keberhasilan orang-orang kafir daripada ukiran sejarah dan kemercelangan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, para shahabat, dan orang-orang shalih.
Lebih pula mencintai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat.
Banyak lagi bentuk lain dari akhlak hina dan tercela ini.
Pada ayat tersebut, juga terdapat anjuran untuk berjiwa besar, memiliki semangat yang tinggi, dan menghargai hal yang lebih bernilai.
[10] Kehinaan yang nampak pada zhahir (lahiriah) mereka.

[11] Karena lebih mengedepankan hawa nafsu daripada apa yang telah dipilihkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk mereka.

[12] Karena berpaling dari agama Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya bahkan sampai melakukan pembunuhan kepada nabi-nabi mereka. Seperti inilah hati ketika sudah menjadi keras.

[13] Ayat-ayat yang ditunjukkan Allah Ta'ala begitu jelas bagi mereka, namun mereka ingkari.

[14] Kerasnya hati mereka disebabkan mereka selalu bermaksiat kepada Allah dan melampaui batas terhadap hamba-hamba Allah dengan berbuat zalim kepada mereka. Awalnya sikap lalai yang mengakibatkan jatuh ke dalam dosa-dosa kecil, jika sering dilakukan bisa mengakibatkan dosa-dosa besar dan akhirnya bisa mengakibatkan jatuh ke dalam bid'ah, kekufuran dan penyimpangan lainnya, kita meminta kepada Allah agar dilindungi dari setiap bala'.

Perlu diketahui, bahwa ayat ini ditujukan kepada umat Bani Israil yang ada sewaktu diturunkannya Al Qur'an. Tindakan-tindakan Bani Israil yang disebutkan pada ayat-ayat di atas adalah tindakan Bani Israil terdahulu, namun dinisbahkan kepada Bani Israil yang ada pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah karena beberapa faedah, di antaranya:

Pertama, mereka sebelumnya berbangga diri, memuji dan menganggap lebih tinggi di atas umat yang lain, maka Allah mengingatkan bahwa nenek moyang mereka bukanlah orang-orang yang berakhlak mulia, bukanlah orang-orang yang sabar, bahkan biasa bermaksiat. Dengan begitu, mereka tidak berbangga diri lagi.

Kedua, nikmat yang diberikan Allah kepada nenek moyang mereka merupakan nikmat juga bagi generasi setelahnya.

Ketiga, perbuatan maksiat yang dilakukan oleh mereka (Bani Israil) pada umumnya tidak diingkari, padahal meridhai kemungkaran sama saja ikut serta di dalamnya.

Dan faedah lainnya yang begitu banyak yang hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla.

62. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[15], siapa saja (di antara) mereka yang benar beriman kepada Allah[16] dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati[17].

[15] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu. Ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa. Dan ada yang mengatakan bahwa mereka adalah orang masih tetap di atas fitrahnya, wallahu a'lam.

[16] Orang-orang yang beriman dari kalangan ummat ini, begitu pula orang-orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang mau beriman kepada Allah, termasuk juga beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, percaya kepada hari akhir dan mengerjakan amalan yang saleh, maka mereka akan mendapat pahala dari Allah.

[17] Disebutkannya ayat ini setelah sebelumnya menerangkan tindakan Bani Israil dan akhlak mereka yang buruk serta celaan kepada mereka di antara faedahnya adalah agar mereka (Bani Israil) tidak berputus asa untuk bertobat dan beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni jika mereka mau merubah sikap dengan iman (masuk Islam) dan beramal shalih, maka mereka akan memperoleh kemuliaan di dunia dan di akhirat (lihat juga surat Al Maa'idah: 65). Dalam ayat tersebut, Allah juga ingin menerangkan bahwa celaan tersebut hanyalah bagi mereka yang mengikuti jejak nenek moyang mereka yang salah. Dan agar tidak ada kesan bahwa hal ini khusus mereka, maka Allah menyebutkan juga bahwa tidak hanya mereka, bahkan umat yang lain; baik Yahudi, Nasrani, Shaabi'in dan umat lainnya jika mereka sama mau beriman dengan masuk Islam dan mau beramal shalih, maka mereka akan mendapat pahala dari Allah, mereka tidak perlu takut dengan apa yang akan mereka hadapi berupa perkara akhirat, dan tidak perlu bersedih hati terhadap apa saja yang telah berlalu.

Ayat 63-66: Mengingatkan orang-orang Yahudi terhadap sejarah nenek moyang mereka yang kelam, bagaimana mereka mendapatkan hukuman karena durhaka kepada Allah ‘Azza wa Jalla, melanggar perjanjian dengan Allah dan enggan melaksanakan syariat-Nya yang telah diturunkan

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٦٣) ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٦٤)وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (٦٥) فَجَعَلْنَاهَا نَكَالا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ (٦٦

63. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu[18] dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu[19] (seraya berfirman), "Peganglah teguhlah[20] apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada didalamnya[21], agar kamu bertakwa".

[18] Janji untuk beriman kepada Allah dan hanya beribadah kepada-Nya.

[19] Jika mereka menolak, maka akan ditimpakan kepada mereka gunung tersebut.

[20] Yakni bersungguh-sungguh dan bersabar menjalankan perintah Allah Azza wa Jalla.

[21] Perintah kepada mereka untuk membaca dan mengamalkan isi Taurat.

64. Kemudian setelah itu kamu berpaling[22]. Maka sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya bagimu, pasti kamu termasuk orang yang rugi[23].

[22] Mereka berpaling untuk kesekian kalinya.

[23] Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya yang memberikan taufiq untuk bertobat dan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka tentu mereka termasuk orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.

65. Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat[24], lalu Kami katakan kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina"[25].

[24] Hari Sabat ialah hari Sabtu, hari khusus bagi orang yahudi untuk beribadah, bukan untuk bekerja; namun mereka memanfaatkannya untuk menjaring ikan. Mereka siapkan jaring dan menggali sebuah galian untuk mereka ambil pada hari Ahadnya sebagai helat (cara meloloskan diri dari larangan dengan niat yang buruk). Kisahnya bisa dibaca dalam surat Al A'raaf: 163.

[25] Jumhur mufassir menafsirkan bahwa mereka betul-betul berubah menjadi kera, hanyasaja tidak beranak, tidak makan dan minum, dan hidupnya tidak lebih dari tiga hari.

66. Maka Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian[26], serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa[27].

[26] Sehingga hujjah telah tegak dan agar mereka tidak bermaksiat kepada-Nya.

[27] Sehingga mereka dapat bersabar di atas ketakwaan, dan peringatan itu hanya bermanfa'at bagi orang-orang yang bertakwa saja.

Tafsir Al Baqarah Ayat 49-57

Ayat 49-57: Membicarakan secara rinci nikmat-nikmat Allah kepada Bani Israil, dimulai dari kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dan selamatnya Beliau dari Fir’au, pemaafan dari Allah ‘Azza wa Jalla terhadap penyembahan Bani Israil kepada patung anak sapi, dihidupkan-Nya mereka setelah disambar halilintar serta diberi-Nya nikmat Al Mann & As Salwa

وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (٤٩) وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (٥٠) وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (٥١) ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٥٢) وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (٥٣) وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (٥٤) وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (٥٥) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٥٦) وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (٥٧

49. Dan (ingatlah nikmat Kami)[1] ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun[2]. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu[3]. Pada yang demikian itu terdapat cobaan[4] yang besar dari Tuhanmu[5].

[1] Di ayat ini dan setelahnya menyebutkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada bani Israil.

[2] Fir'aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir pada masa lalu. Menurut sejarah, Fir'aun pada masa Nabi Musa 'alaihis salam ialah Menepthan (1232-1224 SM) anak Ramses.

[3] Untuk dijadikan pelayan dan pekerja keras.

[4] Di antara ulama ada yang menafsirkan kata "balaa" dengan ihsan atau nikmat, sehingga maksud "wa fii dzaalikum" (pada yang demikian itu) kembalinya bukan kepada siksaan yang ditimpakan Fir'aun, tetapi kepada "penyelamatan Allah kepada mereka dari cengkeraman Fir'aun", yakni diselamatkannya kamu dari cengkeraman Fir'aun adalah nikmat yang besar dari Tuhanmu

[5] Oleh karena itu, diselamatkan-Nya mereka dari cengkeraman Fir'aun merupakan nikmat yang besar, yang mengharuskan disyukuri sepanjang masa oleh mereka dan oleh generasi setelah mereka. Di antara tanda bersyukur adalah dengan mengikuti seruan-Nya; beriman kepada kitab-Nya yaitu Al Qur'an dan beriman kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

50. Dan (ingatlah nikmat Kami), ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun sedangkan kamu menyaksikan[6].

[6] Waktu Nabi Musa alaihis salam membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir'aun, mereka harus melalui laut merah sebelah Utara. Maka Allah memerintahkan kepada Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga terbelahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya di tengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. Sedangkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi di waktu mereka berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka, sedangkan Bani Israil menyaksikan peristiwa tenggelamnya Fir'aun, sehingga hati mereka lega. Ini semua merupakan nikmat Allah kepada mereka yang patut mereka syukuri.

51. Dan (ingatlah), ketika Kami menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam[7], kemudian kamu menjadikan (patung) anak sapi[8] (sebagai sembahan) setelah (kepergian)nya, dan kamu (menjadi) orang yang zalim[9].

[7] Suatu tenggang waktu yang dijanjikan Allah untuk menerima petunjuk (Taurat), tetapi umat Nabi Musa 'alaihis salam tidak sabar menunggunya, sehingga mereka menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri.

[8] Anak sapi itu dibuat mereka dari emas untuk disembah.

[9] Karena menyembah selain Allah.

52. Kemudian Kami memaafkan kamu setelah itu, agar kamu bersyukur.

53. Dan (ingatlah nikmat Kami), ketika Kami memberikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan Furqan[10], agar kamu memperoleh petunjuk.

[10] Keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah

54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan), karena itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu[11]. Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu[12]. Dia pun menerima tobatmu. Sungguh, Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."

[11] Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah patung anak sapi itu membunuh orang yang menyembahnya. Ada yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak sapi itu saling bunuh-membunuh, dan ada juga yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertobat.

[12] Daripada kekal di neraka selama-lamanya karena perbuatan syirk.

55. Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, "Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu[13] sebelum kami melihat Allah dengan jelas[14], maka halilintar menyambarmu[15], sedang kamu menyaksikan"[16].

[13] Mereka tidak percaya bahwa perkataan yang disampaikan Musa dari Allah adalah firman Allah Ta'ala.

[14] Maksudnya: melihat Allah dengan mata kepala.

[15] Yang menjadikan mereka mati atau pingsan disebabkan dosa mereka itu dan lancangnya mereka terhadap Allah Ta'ala, karena permintaan semacam ini menunjukkan keingkaran dan ketakaburan mereka, sebab itu mereka disambar halilintar sebagai hukuman dari Allah.

[16] Kejadian itu disaksikan oleh mereka, di mana masing-masing mereka melihat kepada kawannya yang terkena sambaran itu.

56. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati[17], supaya kamu bersyukur.

[17] Yang dimaksud dengan mati di sini menurut sebagian mufassirin ialah mati yang sebenarnya akibat sambaran halilintar, sedangkan yang lain menafsirkan dengan pingsan.

57. Dan Kami menaungi kamu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu "mann" dan "salwa"[18]. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri[19].

[18] Di antara sekian banyak nikmat Allah kepada mereka ialah mereka dinaungi awan di waktu berjalan di bawah panas terik matahari dan padang pasir yang luas, bahkan memperoleh rezeki berupa mann dan salwa. Manna ialah makanan manis dan lengket seperti madu. Salwa ialah burung sebangsa puyuh. Ada juga yang mengartikan bahwa "Mann" adalah setiap rezeki yang baik yang diperoleh tanpa susah payah. Namun sayang, nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka bukan mereka syukuri, bahkan malah mereka kufuri, mereka banyak melakukan dosa sehingga hati mereka mengeras seperti batu.

[19] Ketika mereka melanggar ajaran agama dan mengkufuri nikmat, sebenarnya mereka tidak menzalimi Allah, bahkan mereka menzalimi diri mereka sendiri, karena kezaliman yang mereka lakukan kembalinya kepada mereka juga.

Tafsir Al Baqarah Ayat 40-48

Ayat 40-48: Membicarakan tentang Bani Israil, peringatan Allah kepada Bani Israil, nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada mereka, ajakan Allah kepada mereka agar beriman kepada risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, pengingatan Allah kepada mereka terhadap hari Kiamat; hari dimana harta dan anak tidak lagi bermanfaat, serta beberapa perintah dan larangan Allah kepada Bani Israil


يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ (٤٠) وَآمِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ (٤١) وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٤٢) وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (٤٣) أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٤٤)وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥) الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (٤٦)يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (٤٧) وَاتَّقُوا يَوْمًا لا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ (٤٨

40. Wahai Bani Israil[1], ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu[2], dan penuhilah janjimu kepada-Ku[3], niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu[4], dan takutlah kepada-Ku saja.

[1] Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.

[2] Mencakup semua nikmat yang diberikan Allah kepada mereka, sebagian nikmat tersebut akan disebutkan dalam surat ini (lihat ayat 49 dan ayat-ayat setelahnya). Tujuan mengingatnya adalah agar mereka mengakui nikmat tersebut, memujinya dengan lisan dan menggunakan anggota badannya untuk mengerjakan perbuatan yang dicintai Allah dan diridhai-Nya.

[3] Janji Bani Israil kepada Allah ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam serta menegakkan syari'at-Nya sebagaimana yang disebutkan di dalam Taurat.

[4] Janji Allah kepada mereka adalah seperti yang disebutkan dalam surat Al Maa'idah: 12, yang artinya:

"Dan sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Aku bersama kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti Aku akan menutupi dosa-dosamu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahya sungai-sungai. Tetapi barang siapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus."

41. Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran)[5] yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat)[6], dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya[7]. Janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah[8], dan bertakwalah hanya kepada-Ku[9].

[5] Hal ini menghendaki juga beriman kepada orang yang diturunkan kepadanya Al Qur'an, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[6] Sesuai dengan kitab Taurat yang ada pada mereka dan tidak menyelisihi sehingga tidak ada lagi penghalang bagi mereka untuk beriman kepadanya, karena ia datang dengan membawa hal yang sama dengan dibawa para rasul. Oleh karena itu, jika mereka mendustakan kitab Al Qur'an, maka sama saja mereka mendustakan kitab Taurat dan kitab-kitab yang lain. Mereka (Bani Isra'il) adalah orang yang lebih patut beriman dan membenarkannya, karena mereka ahlul kitab dan memiliki pengetahuan.

[7] Yakni kepada Al Qur'an dan kepada Rasul-Nya. Kata-kata "pertama kafir kepadanya" lebih dalam daripada kata-kata "janganlah kamu kafir kepadanya", karena kata-kata tersebut menunjukkan kesegeraan mereka untuk kafir padahal tidak patut bagi mereka, dan mereka akan memperoleh dosa mereka serta dosa orang yang mengikuti mereka setelahnya.

[8] Perhiasan dunia yang akan lenyap. Inilah sebab yang menghalangi mereka untuk beriman, yaitu karena lebih memilih dan melebihkan perhiasan dunia di atas kebahagiaan selama-lamanya –na'uuudzu billahi min dzaalik-. Mereka lebih memilih jabatan dan harta daripada beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

[9] Yang menghendaki untuk mengedepankan iman daripada perhiasan dunia.

42. Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan[10] dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran[11], sedangkan kamu mengetahuinya.

[10] Karena yang diharapkan dari orang yang memiliki pengetahuan adalah menerangkan yang hak dan membedakannya dari yang batil serta menampakkan yang hak itu agar orang-orang yang mencari petunjuk dapat memperolehnya, orang-orang yang tersesat dapat kembali dan tegaknya hujjah terhadap orang-orang yang tetap menyelisihi. Oleh karena itu, siapa saja ahli ilmu yang menerangkan kebenaran dan tidak mencampuradukkan dengan yang batil, maka dia termasuk para pewaris rasul dan penggantinya serta pemberi petunjuk kepada ummat. Jika sebaliknya, maka ia termasuk du'at ke arah jahannam.

[11] Di antara yang mereka sembunyikan itu ialah: Allah akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, Yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat[12], dan ruku'lah beserta orang yang ruku'[13].

[12] Dalam shalat dan zakat terdapat ikhlas kepada Allah dan berbuat ihsan terhadap hamba-hamba Allah. Pada shalat dan zakat terdapat ibadah hati, badan dan harta.

[13] Ayat ini bisa maksudnya memerintahkan orang-orang Yahudi untuk masuk ke dalam Islam dengan mengerjakan shalat secara benar dan menunaikan zakat sehingga mereka tergolong orang-orang yang ruku', yakni tergolong ummat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada juga yang menafsirkan ayat "dan ruku'lah beserta orang yang ruku'" adalah perintah mengerjakan shalat berjama'ah dan ada pula yang mengartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama orang-orang yang tunduk. Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk menerangkan wajibnya shalat berjama'ah, yaitu dari ayat "dan ruku'lah beserta orang yang ruku'", yakni shalatlah beserta orang yang shalat. Disebutnya shalat dengan ruku' menunjukkan bahwa ruku' merupakan rukun shalat, dan tidak dinamakan shalat jika tidak ada ruku'nya. Disebutkan bagian dari gerakan shalat, yaitu ruku' untuk shalat menunjukkan wajibnya ruku'.

44. Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? [14]

[14] Yakni alangkah buruknya keadaan kamu mendorong orang lain mengerjakan kebaikan, namun kamu malah melupakan dirimu untuk memperoleh kebaikan yang besar yaitu Islam, padahal kamu membaca kitab Taurat yang di sana diterangkan sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kewajiban beriman kepadanya. Tidakkah kamu menggunakan akal sehatmu?!

Ayat ini meskipun turun berkenaan tentang ulama bani Isra'il, namun ia umum kepada setiap orang yang menyuruh orang lain berbuat baik namun ia melupakan dirinya ibarat sebuah lilin yang menerangi orang lain, namun dirinya habis terbakar. Di dalam hadits disebutkan:

مَثَلُ الَّذِيْ يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ وَ يَنْسَى نَفْسَهُ مَثَلُ الْفَتِيْلَةِ تُضِيء ُلِلنَّاسِ وَ تُحَرِّقُ نَفْسَهَا

“Perumpamaan orang yang mengajar kebaikan kepada manusia, namun ia melupakan dirinya sendiri adalah seperti sebuah sumbu, ia menerangi manusia sedangkan dirinya sendiri terbakar.” (HR. Thabrani dari Abu Barzah dan Jundab, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 5837)

45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[15]. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'[16],

[15] Yakni jadikanlah sabar dengan semua macamnya dan shalat sebagai penolongmu untuk mengatasi semua masalah. Sabar itu ada beberapa macam, yaitu: 1) sabar dalam menjalankan keta'atan kepada Allah, 2) sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan 3) sabar terhadap taqdir Allah dengan tidak berkeluh-kesah.

[16] Bagi mereka yang khusyu', memiliki rasa takut kepada Allah, berharap apa yang ada di sisi-Nya dan rasa cinta kepada-Nya mengerjakan shalat itu ringan. Karena hal tersebut (khusyu', rasa takut dan harap) menghendaki untuk mengerjakannya dengan lapang dada dan senang. Berbeda dengan yang tidak memilikinya, mengerjakan shalat menjadi hal yang sangat berat meskipun hanya sebentar. Khusyu' artinya tunduknya hati, tenang dan tenteramnya kepada Allah Ta'ala, memasrahkan diri kepada-Nya dengan menghinakan diri, menampakkan rasa butuh serta beriman kepada Allah dan kepada pertemuan dengan-Nya.

46. (yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya[17].

[17] Mereka yakin akan bertemu dengan Tuhannya setelah mati dan akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat untuk dihisab dan menerima pembalasan terhadap amal. Semua rasa inilah yang membuat mereka merasa ringan menjalankan ibadah, membuat mereka tetap terhibur ketika mendapatkan musibah, meringankan derita mereka dan mencegah diri mereka dari berbuat maksiat.

47. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu[18], dan Aku telah melebihkan kamu di atas semua umat (pada masa itu)[19].

[18] Yang mengharuskan untuk bersyukur kepada-Nya, bukan malah mengkufurinya.

[19] Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat ialah nenek moyang mereka yang berada di masa Nabi Musa alaihis salam. Termasuk kelebihan yang diberikan Allah Ta'ala kepada mereka adalah banyaknya para nabi dari kalangan mereka serta diturunkan-Nya kitab-kitab kepada mereka seperti Taurat dan Injil.

48. Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Sedangkan syafa'at[20] dan tebusan apa pun darinya tidak diterima[21] dan mereka tidak akan ditolong[22].

[20] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

[21] Meskipun dengan harta yang ada di bumi semuanya. Ayat di atas semakna dengan ayat berikut:

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kekafirannya, maka tidaklah diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (sebanyak) itu. bagi mereka itulah siksa yang pedih dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong." (Ali Imran: 91)

[22] Tidak ada seorang pun yang berani maju untuk menolong mereka dan menyelamatkan mereka dari azab.

Ayat di atas menyuruh kita untuk tidak bergantung kepada makhluk, karena mereka sama sekali tidak memiliki dan tidak berkuasa apa-apa meskipun seberat dzarrah pada hari kiamat, dan agar kita bergantung kepada Allah, karena Dia yang mampu mendatangkan manfa'at dan menolak madharat. Oleh karena itu, hendaknya kita beribadah kepada-Nya dan meminta-Nya pertolongan dalam beribadah.

Jumat, 06 Desember 2013

Tafsir Al Baqarah Ayat 30-39

Ayat 30-33: Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kisah manusia pertama yaitu Adam ‘alaihis salam, penciptaannya dan bagaimana Dia mengistimewakannya dengan khilafah dan ilmu

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠) وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٣١) قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (٣٢) قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (٣٣

30. Ingatlah[1] ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi[2]." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak[3] dan menumpahkan darah di sana[4], sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?"[5] Dia berfirman, "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui[6]."

[1] Demikian pula ingatkanlah kepada yang lain.

[2] Makhluk yang akan mengelola bumi dan memberlakukan perintah-perintah Allah di sana, yaitu manusia di mana sebagiannya akan digantikan oleh yang lain.

[3] Dengan berbuat maksiat.

[4] Ini adalah perkiraan para malaikat.

[5] Maksud ayat di atas adalah bahwa para malaikat meminta diberitahukan hikmah di balik penciptaan mereka, padahal makhluk tesebut menurut perkiraan mereka akan mengadakan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah, sedangkan mereka selalu ta'at kepada-Nya, bertasbih dengan memuji-Nya dan mengagungkan-Nya dengan semua sifat sempurna dan sifat kebesaran. Kata-kata "nuqaddisu laka" (lihat ayat di atas) memiliki dua makna: pertama, berarti "kami menyucikan-Mu karena-Mu" lam di ayat tersebut menunjukkan takhshis (pengkhususan kepada Allah saja) dan menunjukkan ikhlas (karena Allah) . Kedua, berarti "Kami menyucikan diri kami dari akhlak buruk karena-Mu dan kami isi dengan akhlak mulia seperti cinta kepada-Mu, takut dan mengagungkan-Mu".

[6] Berupa hikmah yang dalam pada penciptaan mereka. Karena ucapan para malaikat itu sebatas perkiraan mereka, sedangkan Allah Ta'ala mengetahui yang nampak maupun yang tersembunyi. Bahkan kebaikan yang muncul dari mereka lebih banyak daripada keburukan, dengan diciptakan-Nya mereka dipilih-Nya siapa di antara mereka yang menjadi para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih dan agar ayat-ayat-Nya nampak jelas bagi makhluk-Nya serta dapat dilakukan ibadah yang tidak bisa dilakukan selain oleh kalangan manusia seperti jihad dan lainnya, diuji-Nya mereka (manusia) akankah mereka mau ta'at kepada-Nya dengan kecenderungan yang ada dalam diri mereka ke arah kebaikan dan keburukan, demikian juga agar semakin jelas mana wali-Nya dan mana musuh-Nya, siapa yang berhak menempati surga-Nya dan siapa yang berhak menempati neraka-Nya, agar nampak jelas karunia dan keadilan-Nya, dan agar kelihatan jelas apa yang disembunyikan oleh Iblis berupa keburukan serta hikmah-hikmah lainnya.
-----------------------------------------------------
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat[7] seraya berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama (semua) benda ini jika kamu yang benar!"[8]

[7] Untuk mengetest mereka.

[8] Di sini Allah Ta'ala membuktikan kelebihan Adam 'alaihis salam dalam hal ilmu, Allah mengajarkan kepadanya nama-nama benda semuanya lalu diperlihatkan-Nya kepada para malaikat sambil berfirman: "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama benda yang ada ini jika kamu memang benar", yakni memang benar lebih layak menjadi khalifah di muka bumi daripada Adam dan keturunannya.
------------------------------------------------------------
32. Mereka menjawab, "Mahasuci Engkau[9], tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana[10]."

[9] Dari sikap kami yang berani berbicara terhadap ucapan-Mu dan menyelisihi perintah-Mu.

[10] Hikmah atau bijaksana artinya adalah tepat, yakni menempatkan sesuatu pada posisi yang layak. Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa jika samar bagi seorang hamba hikmah Allah menciptakan sesuatu atau memerintahkan sesuatu, maka kewajibannya adalah tunduk dan menerima.
---------------------------------------------------
33. Allah berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu[11]." Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Allah berfirman: "Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi[12] dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?"

[11] Yakni nama-nama benda yang mereka tidak mengetahuinya. Setelah Adam memberitahukannya, Allah Ta'ala menegaskan bahwa Dirinya lebih mengetahui hal yang samar bagi mereka baik di langit maupun di bumi dan Dia mengetahui apa yang mereka nyatakan dan apa yang mereka sembunyikan.

[12] Rahasia atau ghaib adalah yang tidak kita ketahui dan tidak dapat kita saksikan. Jika Allah Ta'ala mengetahui yang rahasia, apalagi yang nampak atau kelihatan.
-----------------------------------------
Ayat 34-39: Menerangkan kisah sujudnya malaikat kepada Adam ‘alaihis salam dan sikap Iblis terhadapnya

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (٣٤) وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (٣٥) فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (٣٦) فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (٣٧) قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٣٨) وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٣٩

34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah[13] kamu kepada Adam!" Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir[14].

[13] Sebagai pemuliaan Allah kepada Adam 'alaihis salam. Sujud di sini adalah sujud penghormatan kepada Adam, bukan sebagai sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah Ta'ala.

[14] Iblis enggan untuk sujud karena sombong dan dengki, sehingga ia termasuk golongan yang ingkar kepada Allah dan durhaka kepada perintah-Nya.
-------------------------------------
35. Dan Kami berfirman, "Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai) makanan yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini[15], nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.

[15] Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan namanya, sebab Al Quran dan As Sunnah tidak menerangkannya. Mendekati pohon itu bagi Adam dan Hawa merupakan kemaksiatan sehingga mereka akan tergolong orang-orang yang melanggar perintah Allah. Allah Ta'ala melarang memakan pohon itu sebagai ujian atau karena hikmah yang kita tidak mengetahuinya.
---------------------------------
36. Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga[16] sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga)[17]. Kami berfirman, "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain[18], dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan[19]."

[16]Adam dan Hawa dengan tipu daya dan bisikan setan akhirnya memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga. yang dimaksud dengan setan di sini ialah iblis yang disebut dalam surat Al Baqarah ayat 34 di atas.

[17] Maksud Keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga.

[18] Yakni Adam dan keturunannya menjadi musuh bagi Iblis dan keturunannya, dan sudah menjadi maklum bagi yang namanya musuh tentu akan berusaha sekuat tenaga menimpakan madharat kepada musuhnya, mendatangkan keburukan dengan berbagai cara dan menghalanginya dari memperoleh kebaikan. Dalam ayat tersebut terdapat peringatan Allah Ta'ala kepada bani Adam agar waspada terhadap setan.

[19] Ayat ini menerangkan bahwa dunia yang kita tempati ini bukanlah tempat tinggal yang sesungguhnya dan bahwa kita hidup di dunia hanya sementara sebagai ladang beramal menuju akhirat.
---------------------------------------------------
37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[20] dari Tuhannya, lalu Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat[21] lagi Maha Penyayang.

[20] Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Allah yang diterima oleh Adam sebagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertobat, yaitu ucapan "Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa…dst (lih. Surat Al A'raaf: 23)

[21] Tobat dari-Nya ada dua; diberi-Nya taufiq (dorongan) untuk bertobat dan diterima-Nya tobat seseorang ketika telah terpenuhi syarat-syaratnya. Diberi-Nya taufiq untuk bertobat termasuk kasih sayang-Nya sebagaimana diajarkan-Nya kepada Adam kalimat untuk bertobat.
-------------------------------------------------------
38. Kami berfirman, "Turunlah kamu semua dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-Ku[22] kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku[23], tidak ada kekhawatiran atas mereka[24], dan mereka tidak bersedih hati[25]".

[22] Dari rasul dan kitab yang dibawanya kepada kamu wahai jin dan manusia.

[23] Yaitu dengan beriman kepada rasul tersebut dan kitab yang dibawanya serta menjadikannya sebagai petunjuk; dengan membenarkan berita yang mereka sampaikan dan yang tercantum dalam kitab-kitab itu serta mengikuti perintah yang ada dan menjauhi larangannya.

[24] Terhadap hal yang akan datang dari perkara akhirat.

[25] Terhadap hal yang telah luput dari perkara dunia.

Khawatir itu terjadi karena sesuatu yang tidak disukainya bisa menimpanya di masa mendatang, sedangkan kesedihan terjadi karena sesuatu yang tidak disukai telah menimpa di masa lalu. Di dalam ayat ini, Allah Ta'ala menghilangkan kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mereka akan memperoleh keamanan yang sempurna. Di dalam ayat lain, yaitu surat Thaahaa ayat 23 diterangkan bahwa orang yang mau mengikuti petunjuk Allah, maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka, yakni menunjukkan ia akan memperoleh petunjuk (lawan sesat) dan akan memperoleh kebahagiaan (lawan celaka). Dengan demikian, orang yang mau mengikuti petunjuk Allah akan memperoleh kemananan, petunjuk dan kebahagiaan di dunia dan akhirat –nas'alullah an yaj'alanaa minhum-.
-----------------------------------------------
39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka[26]. Mereka kekal di dalamnya.[27]

[26] Dalam ayat tersebut digunakan lafaz "as-haab" jamak dari kata shaahib yang artinya "kawan", yakni mereka itu kawan-kawan neraka yang selalu bersama dengannya sebagaimana bersamanya seseorang dengan kawannya.

[27] Ayat 38 dan 39 menunjukkan bahwa manusia dan jin terbagi dua ada yang berbahagia dan ada yang celaka, di masing-masing ayat tersebut disebutkan sifat golongan yang berbahagia dan golongan yang celaka serta amalan yang menjadi sebabnya, demikian juga menunjukkan bahwa jin dan manusia sama dalam hal pahala dan siksa serta dalam hal kewajiban menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

====================
ustadz Ahmad Zainuddin,Lc